Sepenggal Cerita Touring Ke Pantai Baron Yogyakarta

awansan.com – Kubuka mataku perlahan, hoam masih ngantuk juga kulirik jam di dinding masih pukul 04.00 masih lama menjelang subuh, kubuka hp ku eh ternyata ada sms yang masuk “wan ntar siap kan , aku ampe jogja jam tujuh” aduh aku lupa hari ini sahabatku yang dari bandung datang dan minta dianterin ke pantai Baron buat ketemu sama pacarnya (alamat jadi obat nyamuk nih 😦 , tergesa – gesa kubuka pintun depan rumah Alhamdulillah motorku masih terparkir 😀 , maklum d kontrakanku motor gx bisa masuk rumah jadi tiap malem pasti was – was motornya ilang.

Pukul tujuh kustater motorku menuju stasiun, sambil menunggu kusempatkan sms an biar dapet bonus , tak seberapa lama temenku pun datang setelah pulang untuk sarapan dan mandi sebentar, perjalanan pun dimulai, jalan dari kota yogyakarta sampai jalan wonosari pun lancar, mulus , halus dan lebar, sampai jembatan piyungan, setelah itu trek menannjak dan berkelok – kelok khas gunungkidul pun menyambut kami, bagiku bukan masalah karena motorku motor lelaki ( sombong haha ).
Memasuki wilayah baron ternyata hujan pun turun, suatu hal yang tidak terduga padahal kan sekarang sudah musim kemarau, tapi enjoy ajalah kita kan masih muda, lama – lama hujan semakin mereda sampai akhirnya aku sampai d gerbang retribusi pantai baron
Cukup bayar Rp 5000 untuk tiket masuk satu motor, masih cukup murah dibanding pantai parangtritis, yang kadang mencapai 7000 per motor, atau bahkan pantai indrayati yang bayar 8000 per motor, sungguh ironi sebenaranya, okelah back to topic pantai baron. Kuparkir motor sambil kulihat ongkosnya 2000 rupiah ternyata gx papalah itung -itung bagi rezeki, sampai di pantai ternyata masih pasang lautnya, parah padahal dah dateng pagi – pagi
Ya sudah kuputuskan untuk naik ke tebing bukit menggunakan tangga buatan jangan lupa siapin uang 1000 buat bayar tangganya (ini keluar duit lagi ), jalan naik cukup curam jadi hati – hati ya kadang di sepanjang jalan setapak ada ibu -ibu yang jual minuman dan makanan kecil lumayanlah pengganjal perut kalo uadah pada kelaparan.

Sampai di puncak bukit barulah kita bisa melihat pemandangan yang amat indah , Subhanaallah inilah ciptaan Allah

Bagi anda yang punya nyali boleh tu naik mercusuar yang bergoyang – goyang kena angin, tingginya sekitar 25 – 30 meter , pemandangannya dijamin juoss kelihatan semua pantai d gunungkidul, saya sendiri sudah membuktikan, tapi perlu diingat bagi yang punya nyali lho, takutnya ntar bisa naik gak berani turun hihihi

Hari sudah beranjak sore , kuputuskan turun kepantai lagi, sambil duduk – duduk di samping pantai, eh ternyata kulihat ada beberapa wanita berjilbab di pantai berusaha menyeberangi sungai, dan mereka pun tanpa membuka aurat bahkan rela berbasah – basah, seketika ku tersentak Ya Allah betapa mereka masih berusaha menjaga aturan Allah , sedangkan disekeliling mereka banyak orang yang pacaran maupun membuka aurat hanya karena takut basah, subhanallah sungguh pemandangan yang sulit dijumpai dimasa ini, adzan ashar pun berkumandang kulangkahkan kaki menuju tempat parkir, karena sholat ashar sudah kujamak dengan dzuhur, kuhampiri temanku yang sudah puas dipantai hehehe, ya udah aku pun pulang dengan secuil pelajaran kehidupan terima kasih ya Allah.
Angin sepoi – sepoi mengiringi perjalananku hingga ke yogyakarta, kulit terasa hangat oleh sinaran matahari walaupun membuat mata cukup silau, ketika melewati bukit bintang kusempatkan berhenti sebentar untuk sekedar instirahat dan menikmati pemandangan kota Yogayakarta dari atas, bagusnya sih malem tapi sunset di sore hari pun tak kalah bagusnya ^_^

note : gambar – gambar tersebut bukan hasil jepretan saya , karena saya belu  punya kamera >_<
         melainkan hasil karya oarng lain, bisa dicari d google, tapi keadaan d lapangan memang seperti itu
         tidak berbeda jauh dengan yang ada di photo diatas

Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.