awansan.com – Aku rindu dirimu yang dulu, sebuah kata yang selalu memenuhi pikiran dan hatiku, aku rindu dieng yang dulu, aku rindu dieng yang hijau, aku rindu dieng yang dulu.
Siang itu dinginnya udara dieng menyambut kedatanganku, hmm kuparkir si mega di pinggir jalan sejenak mendinginkan mesin, kukencangkan jaketku menepis hawa dingin yang semakin menusuk, dalam satu semester inilah yang keempat kalinya aku datang mengunjungimu.
Sambil memandangimu mulai tersusun keping – keping kenangan kenangan ketika dulu kala aku mengunjungimu tuk yang pertama, tentu tak terlupakan keindahanmu dulu , hijaunya perbukitan di sepanjang jalan, indahnya telaga warna , asrinya lingkungan candi arjuna, mengepulnya kawah sileri dan sikidang, ahh sungguh tak terlupa, engkau bagai gadis cantik yang sedang mekar – mekarnya.
Matahari yang bersembunyi di balik awan kembali menyeruak, sinarnya yang hangat membangunkanku dari lamunan, dan akupun tertegun kembali kenyataan, melihat hijaunya bukit kini telah berubah menjadi hamparan kentang, asrinya candi arjuna kini berubah menjadi sayuran, dan telaga warna yang indah kini hanya tinggal kenangan berganti dengan telaga yang hampir mati kekeringan, entah berapa lama lagi engkau akan bertahan terhadap timbunan sedimen yang semakin menggila.
Kustater si mega, kujalankan pelan – pelan untuk melihat keadaan , sambil terdengar lagu ebiet g ade
“ barangkali di tengah telaga ada tersisa butiran cinta ,
dan semoga kerinduan ini bukan hanya mimpi di atas mimpi”
seperti laguu itu juga, aku berharap menemukan keindahan sekedar pnegobat rindu, dan ternyata engkau masih sedikit menyimpannya di hamparan lembah sekitar pakisan, serta indahnya telaga menjer, hmm saatnya melepas rindu.
Aku tak mau berbohong, wahai dieng kini dirimu tak seindah dulu, kecantikanmu telah pudar sedikit demi sedikit, keindahanmu hilang ditelan perbuatan manusia, aku tak menyalahkannya , karena memang manusia butuh makan, menjadi petani kentang mungkin justru lebih menguntungkan dibanding menjadi pedagang kecil di tempat wisata .
Sore sudah menjelang, dan akupun harus pulang ke rumah, sambil berdoa dalam hati semga suatu saat ketika aku kembali mengunjungimu,engkau akan kembali seindah dulu, kembali cantik bagai gadis desa dengan segala keanggunan dan keramahannya, mungkin agak mustahil, Tapi aku yakin tuhan maha berkuasa 😀
Bye – bye dieng aku akan selalu rindu, rindu dirimu yang dahulu
hehehe,, semangat gan,,
LikeLike
iya mas makasi 😀
LikeLike
Nice Informasinya gan,, sangat membantu sekali.. 🙂
LikeLike
oke sist sama – sama 😀
LikeLike
sempat kesini, tapi ga mampir telaga..
ga tau kalo ada yang cakep gini 😮
LikeLike
besok kesini om,ini satu – satunya tempat yang saya masih anggap bagus di dieng :D, namanya telaga menjer, jauh sebelum dieng, kalo lewat telaga ini bisa masuk dieng tanpa lewat retribusi
LikeLike