Dilema Regulasi ODOL , Antara Ongkosan dan Keselamatan

Truk ODOL

awansan.com – Sobat sekalian, fenomena overdimension dan overload (ODOL) merupakan salah satu masalah klasik di dunia transportasi Indonesia, bagai buah simalakama memang, disisi lain truk truk yg overload mmg merusak jalan dan membahayakan, tapi disisi lain truk butuh muatan yang banyak agar tetap bisa menutupi biaya operasional dan mendapat keuntungan, apalagi di tengah ketatnya persaingan

Berbagai macam cara dilakukan agar truck bisa mengangkut barang lebih banyak sekali jalan, tentunya dengan banyaknya barang yang diangkut sekali jalan maka ongkos yang ditawarkan bisa semakin kompetitif, salah satu caranya adalah dengan menyambung overhang belakang sasis truk, sehingga menjadi lebih panjang, bisa dilihat dari jarak antara ban belakang dan ujung bak yang semakin panjang

Bisa juga dengan memotong bagian tengah chasis kemudian disambung lagi chasisnya sehingga whellbase (jarak antara roda depan dan belakang) juga menjadi lebih panjang..dengan Chasis lebih panjang maka bak juga bisa diperpanjang, volume muatan otomatis bertambah, volume tambahan inilah yang kemudian menjadi tujuan

Sudah bisa ditebak sebenarnya hal ini menyalahi aturan, karena sudah tidak sesuai lagi dengan spek standar yang di tetapkan oleh pemerintah, dan juga spesifikasi oleh pabrik ketika truk dibuat, kendaraan yang tidak sesuai spesifikasi akan lebih rawan trouble di jalan, apalagi dalam keadaan overload, dimana mesin dan rem truck harus selalu prima.. lengah dikit bisa bikin celaka karena rem blong/tidak kuat nanjak, pun dengan as roda yang semakin rawan patah karena beratnya muatan, hal ini tentunya bisa membahayakan pengguna jalan lain.

Source : mobilkomersial.com, indotrucker, mmd_iqbal, truckmania, mymagnificentindonesia

34 thoughts on “Dilema Regulasi ODOL , Antara Ongkosan dan Keselamatan

  1. Gileee ini mata saya terbelalak, yg terpikir gimana mau nyalip ginian kalau ketemu di jalan wkwkwk

    Like

  2. Kalau daerah saya belum pernah liat yang disambung, mungkin karena konturnya ga cocok, banyak belokan, tanjakan, turunan..

    Like

  3. di sumatra itu y mas?
    ditempat kerja saya juga bisa sambung sasis tp khusus tambang buat Flat Deck,Fuel Truck, Water Truck,unit y Scania,Mercedes,Hino.

    Like

  4. kalo di desa ane itu dah biasa, terkadang para supir itu biasanya motong roda paling belakang jadinya yang aslinya tuh truk ada 6 roda jadinya malah 4 roda. Katanya sih untuk ngakali biaya nyebrang naik kapal.

    Like

  5. Gila, itu kayaknya trayek Sumatra. Apa gak dimarahi sama DLLAJR. Jalan malam kayaknya.

    Tapi saya tetap respect sama truk-truk yang beginian.

    Memang betul di jalanan itu rada keras. Wajar kalau sudah jalan darat, sering ngeliat kalau truk panjang patah as.
    Kalau gak ada truk beginian, nanti gak bisa makan duren dong. hehehehe

    Like

Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.