Sejarah Panjang Mobil Volkswagen Di Indonesia (Part I, Era Orde Lama )

Assalaamualaikum bro sist, sebetulnya awb berniat membuat artikel sendiri tantang VW di Indonesia, tetapi ketika awb membaca notesnya om Reza Warrouw tentang “sejarah vw” di fb beliau, awb menganggap artikel ini sudah sangat pas, lengkap dan informatif, jadi awb langsung saja copykan kesini, bagi yang ingin membaca langsung bisa dibaca  disini  . well selamat membaca semuanya

Pada 5 Desember 1952, 242 mobil-mobil VW kiriman pertama dari pabrik VW di Jerman tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Terdiri dari 134 Beetle dan 108 Combi termasuk model Delivery Van dan Ambulance, yang diimpor oleh NV. Handel Mij. PIOLA milik Johan Kepler Panggabean. NV. PIOLA, menjadi sole agent dan sole distributor resmi mobil Volkswagen di Indonesia.

Foto: Berita di koran berbahasa Belanda NIEUWSGIER Jumat, 12 Desember 1952 tentang NV. PIOLA pada Rabu 10 Desember 1952 mengadakan resepsi untuk kedatangan mobil-mobil VW, yang sangat populer tersebut. Pada foto, J.K. Panggabean dan Nyonya dengan para staf PIOLA, tepat sebelum tur dan pameran mobil dimulai.Foto: Berita di koran berbahasa Belanda NIEUWSGIER Jumat, 12 Desember 1952 tentang NV. PIOLA pada Rabu 10 Desember 1952 mengadakan resepsi untuk kedatangan mobil-mobil VW, yang sangat populer tersebut. Pada foto, J.K. Panggabean dan Nyonya dengan para staf PIOLA, tepat sebelum tur dan pameran mobil dimulai.

Nama PIOLA sendiri diambil dari nama salah seorang anak J.K. Panggabean, Piola Panggabean yang juga menjadi salah satu Direktur di perusahaan tersebut. J.K. Panggabean sebagai Presiden Direktur tidak terjun langsung dalam mengelola bisnis VW ini, tetapi melalui Frans Panggabean, Albert Panggabean (salah satu puteranya yang gemar olahraga reli), dan Piola Panggabean yang berperan besar dalam menjalankan perusahaan ini. PIOLA juga adalah singkatan dari “Progress Is Our Life’s Aim”, yang merupakan semboyan perusahaan.

Pada 13 Desember 1952, J.K. Panggabean mengundang sejumlah wartawan untuk melakukan uji coba sekaligus tamasya bersama mobil-mobil VW, yang bagi orang Indonesia merupakan hal baru. Sebanyak 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle (yang tidak disebutkan jumlahnya), berangkat dari kantor NV. PIOLA di Jl. Hayam Wuruk No. 122, Jakarta. Konvoi mobil-mobil VW tersebut dikawal polisi bermotor menuju Bogor, kemudian melewati tanjakan dan tikungan Puncak, dan finish di Bandung. Rombongan diterima oleh dealer VW di Bandung, Sumber Motor NV. di Jl. Braga 71, yang malamnya mengadakan resepsi perkenalan yang menarik khalayak ramai dari dunia usaha dan pemerintah.

Foto: Uji coba 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle di daerah Puncak, Jawa Barat.

Foto: Uji coba 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle di daerah Puncak, Jawa Barat.

Setelah tur dan resepsi perkenalan mobil-mobil VW di Jakarta dan Bandung, selanjutanya resepsi perkenalan dan pameran diadakan di NV. PIOLA Surabaya, antara Maret-April 1953. Acara resepsi perkenalan dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Samadikun dan istri, kalangan pemerintah, militer dan para importir di Surabaya serta sejumlah wartawan. Gubernur Samadikun memberikan pidato menyambut kedatangan mobil VW yang pertama di Surabaya ini. Presiden Direktur NV. PIOLA J.K. Panggaban dalam konferensi pers memberi keterangan-keterangan didampingi istri yang sekaligus Presiden Komisaris NV. PIOLA Ny. N. Hutagalung-Panggabean dan Pimpinan NV. PIOLA Surabaya H.S. Hutabarat. Para undangan kemudian dipersilahkan untuk mencoba mobil-mobil VW tersebut. Diantara yang mencoba, Overste Romein, Direktur Panataran Angkatan Laut RI.

 

Foto: Resepsi yang diselenggarakan NV. PIOLA Surabaya, sehubungan dengan sampainya mobil VW pertama di Surabaya. Tampak Presiden Direktur NV. PIOLA J.K. Panggabean sedang berpidato.

Foto Kiri: Importir-importir Surabaya sedang melihat-lihat mesin mobil VW. Foto Kanan: Overste Romein, Direktur Panataran ALRI Surabaya sehabis mencoba mobil VW didampingi J.K. Panggabean.Foto Kiri: Importir-importir Surabaya sedang melihat-lihat mesin mobil VW. Foto Kanan: Overste Romein, Direktur Panataran ALRI Surabaya sehabis mencoba mobil VW didampingi J.K. Panggabean.

Pada 1953, sejumlah Tempo Matador, model autobus bermesin VW, digunakan oleh NV. Reiss & Co. di Jakarta. Diproduksi oleh Vidal & Sohn KG dan Tempo Werke di Hamburg, Jerman antara November 1949 dan Mei 1952. Mobil ini dapat mengangkut 11 penumpang dan cukup laris di Jerman. Tempo Matador masuk ke Indonesia pada Februari 1953, hanya sekitar 30 unit, diimpor oleh NV. Djanaka di Jakarta.

Foto: Tempo Matador di kantor NV. Reiss & Co, Gambir, Jakarta pada April 1953.Foto: Tempo Matador di kantor NV. Reiss & Co, Gambir, Jakarta pada April 1953.

Untuk mempopulerkan VW di Indonesia, NV. PIOLA aktif menjadi promotor beberapa kegiatan otomotif dan menggunakan mobil-mobil Beetle dalam berbagai kegiatan reli, seperti KLM Bloemenrit Jakarta-Bandung 1953 dan IMI Djawa Auto Rally 1954. Pada reli KLM Bloemenrit 1953, Albert Panggabean berhasil menjuarai reli ini menyisihkan lawan-lawannya dan menjadi satu-satunya orang pribumi yang ikut dalam reli ini.

Foto: Beetle di KLM Bloemenrit Jakarta-Bandung 1953.Foto: Beetle di KLM Bloemenrit Jakarta-Bandung 1953.

Di pertengahan 1953, mobil-mobil VW menjadi begitu populer dan menjadi pembicaraan khalayak ramai. Terlebih setelah VW dalam reli KLM Bloemenrit, yang diadakan di Jakarta pada awal 1953, berhasil menjadi juara merek-team. Membuktikan dalam perlombaan tersebut bahwa mobil-mobil VW paling baik dibandingkan merek-merek lain.

Bukti lain bahwa mobil-mobil VW begitu disukai di Indonesia, ternyata dari penjualan VW, yang setiap pengiriman (diimpor) selalu terjual habis, malahan permintaan dari calon-calon pembeli datangnya begitu banyak dan dari berbagai tempat/kota di Indonesia.

Foto: Beetle di IMI Djawa Auto Rally 1954.Foto: Beetle di IMI Djawa Auto Rally 1954.

Di kantor Jl. Hayam Wuruk No. 122 Jakarta, NV. PIOLA tidak hanya menjual mobil-mobil VW tetapi juga membuka bengkel servis dan perbaikan.

Foto: Graco Wall Luber service unit yang dipakai untuk service mobil-mobil VW di bengkel NV. PIOLA.
Foto: Graco Wall Luber service unit yang dipakai untuk service mobil-mobil VW di bengkel NV. PIOLA.

J.K. Panggabean dikenal sebagai pengusaha terkemuka yang dekat dengan Presiden Soekarno. Pada masa itu para pengusaha yang dekat dengan Presiden mendapat julukan “pengusaha istana”. Pada periode 1950-1958 di Indonesia diberlakukan Program Benteng, yang memberikan lisensi impor kepada pengusaha-pengusaha pribumi. J.K. Panggabean termasuk diantaranya yang diuntungkan dengan adanya Program Benteng tersebut, ketika ditunjuk oleh Bung Karno untuk memegang keagenan VW di Indonesia, tak lama setelah Republik Federal Jerman membuka hubungan diplomatik secara resmi dengan Republik Indonesia di tahun 1952.

Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-9 di tahun 1954, bertempat di Istana Negara, J.K. Panggabean menghadiahkan kepada Presiden Soekarno sebuah sedan VW yang biasa diimpor perusahaanya dari Jerman.

Foto: Presiden RI. Ir. Soekarno ketika menerima hadiah sebuah VW dari J.K. Panggabean, Presiden Direktur NV. PIOLA di Istana Negara pada Juli 1954.Foto: Presiden RI. Ir. Soekarno ketika menerima hadiah sebuah VW dari J.K. Panggabean, Presiden Direktur NV. PIOLA di Istana Negara pada Juli 1954.

Dari tahun 1952 sampai tahun 1954, sudah 650 Beetle dan 531 Combi yang diimpor dari pabrik VW di Jerman.

Pada awal 1956, NV. PIOLA menyerahkan sebuah Karmann Ghia kepada Presiden Soekarno. Konon Bung Karno menjadi orang pertama di Asia yang memiliki Karmann Ghia.

Foto: Presiden Soekarno ketika menerima Karmann Ghia pertama di Asia.Foto: Presiden Soekarno ketika menerima Karmann Ghia pertama di Asia.

Di Indonesia, pada 1956, banyak VW sudah nampak/terlihat di jalan raya. Perusahaan penerbangan Garuda Indonesia Airways (GIA), Kementerian Kesehatan RI, Kedutaan-kedutaan dan banyak perusahaan lainnya mempergunakan Bus Combi, sedangkan VW Sedan (Beetle) terbanyak digunakan oleh orang-orang Jerman di Indonesia yang setiap hari bertambah jumlahnya.

Harga satu unit mobil VW buatan 1956 di Jerman sekitar 4.000 Mark, untuk pembeli di Indonesia harga 4.000 Mark untuk mobil murah sekali (mengacu pada kurs Mark-Rupiah ketika itu). Karena harga VW untuk pembeli di Indonesia ialah Rp. 125.000,-

Foto: Mobil VW sumbangan dari Women International Club kepada Yayasan Pemeliharaan Anak-Anak Penderita Cacat yang dibeli dari NV. PIOLA Jakarta pada 1956. Rupanya NV. PIOLA tidak mau ketinggalan, sehingga dengan sengaja menurunkan harga mobil tadi sebagai sumbangan.Foto: Mobil VW sumbangan dari Women International Club kepada Yayasan Pemeliharaan Anak-Anak Penderita Cacat yang dibeli dari NV. PIOLA Jakarta pada 1956. Rupanya NV. PIOLA tidak mau ketinggalan, sehingga dengan sengaja menurunkan harga mobil tadi sebagai sumbangan.

Pada tahun ini, jaringan dealer NV. PIOLA telah tersebar di 5 kota penting di pulau Jawa, yaitu: Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung dan Semarang.

Di Jakarta, banyak Combi keluaran 1953 dijadikan mobil taksi/angkutan penumpang. Mobil-mobil Combi keluaran 1953 ini sebelumnya adalah milik perusahaan atau orang asing, yang dijual untuk diganti dengan Combi model terbaru. Para pembeli yang adalah orang-orang pribumi kemudian menggunakan mobil-mobil Combi bekas tersebut sebagai taksi/angkutan penumpang. Salah satu rute yang diketahui biasa dilayani, membawa penumpang dari Blok A ke Fatmawati (daerah di kawasan Jakarta Selatan). Namun biasanya setelah dioperasikan selama satu minggu, Combi ini membutuhkan perawatan dan jika harus mengalami perbaikan bisa memakan waktu sebulan, karena spare parts-nya pada waktu itu jarang ada di pasaran.

Foto: Beberapa VW Combi di depan kantor Cultuurbank Surabaya di tahun 1957.Foto: Beberapa VW Combi di depan kantor Cultuurbank Surabaya di tahun 1957.

Pada 2 November 1958, sebuah pesawat swayasa jenis olah raga experimental bermesin VW – 25 HP/1190 cc, diterbangkan pertama kali di atas kota Bandung oleh Letkol. Udara Penerbangan Nurtanio Pringgoadisuro, dan diberi nama NU-25 Kunang. NU merupakan singkatan dari Nurtanio. Pesawat ini hampir seratus persen merupakan produk “hand-made”, dibuat di Bengkel Depot Penyelidikan Percobaan dan Pembuatan Pesawat Angkatan Udara, Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung, di bawah pimpinan Letkol. Udara Penerbangan Nurtanio Pringgoadisurjo yang juga sebagai perancang pesawat ini, dimulai tahun 1957 dan dapat diselesaikannya di tahun 1958. Seluruh bahan baku pembuatan pesawat ini berasal dari dalam negeri. Bahan kayu jamuju diperoleh dari hutan, kain CP diperoleh dari sebuah toko di Bandung, dan mesin VW dari NV. PIOLA Bandung.

Pada 1958, sesuai dengan peraturan Pemerintah Indonesia setelah terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia, maka NV. PIOLA berubah status menjadi PT. PIOLA.

Sejak pertama kali dikirim ke Indonesia pada 1952, ada periode lima tahun selama waktu tersebut yang kemudiaan diikuti oleh masa kelangkaan dan hampir tidak ada mobil-mobil VW (termasuk juga mobil-mobil merek lain) yang dapat diimpor ke Indonesia. Pembatasan impor oleh Pemerintah Indonesia karena perekonomian Indonesia yang sedang buruk dan gejolak politik dalam negeri telah membuat impor mobil menjadi turun hingga batas minimum dan sebagian, pada akhirnya berhenti sama sekali.

Kelangkaan yang disusul dengan kekosongan produk mobil VW di Indonesia ini terjadi antara tahun 1957 dan 1960, akibat memanasnya masalah Irian Barat diikuti dengan peristiwa pengambil-alihan dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di indonesia yang disusul dengan pemulangan orang-orang Belanda secara besar-besaran.

Foto: Peristiwa ketika berbagai aset milik perusahaan-perusahaan Belanda diambil alih dan dicoreti grafiti menyusul pencanangan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia, pada Desember 1957.Foto: Peristiwa ketika berbagai aset milik perusahaan-perusahaan Belanda diambil alih dan dicoreti grafiti menyusul pencanangan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia, pada Desember 1957.

Dalam situasi kelangkaan dan bahkan kadang tidak adanya mobil VW yang diimpor ke Indonesia tidak menyurutkan semangat PT. PIOLA untuk terus mengiklankan dan memperkenalkan VW kepada masyarakat Indonesia. “Let’s advertise in good times”, kata PIOLA kepada Volkswagen AG dan mereka tidak ingin kehilangan kesempatan apapun untuk terus mempromosikan VW kepada publik. Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan adalah keikutsertaan dalam Pameran Industri atau Auto Cross Event untuk memperingati 40 tahun Institut Teknologi Bandung. Setiap kesempatan dipergunakan sebaik-baiknya, sebelum publik dapat kembali melihat VW hadir di Indonesia.

Foto: Balai VW gaya Sumatera milik PT. PIOLA pada Pameran 40 tahun ITB Bandung pada 1960.Foto: Balai VW gaya Sumatera milik PT. PIOLA pada Pameran 40 tahun ITB Bandung pada 1960.

Pada Desember 1960, VW kembali diimpor dalam jumlah besar ke Indonesia. Sebanyak 107 VW – diantaranya tipe Karmann Ghia yang sporty, Beetle 1200 dan Microbus – tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada saat Natal, diangkut Kapal MV. Düsseldorf dari HAPAG.

Foto: Para staf PT. PIOLA sedang memberi penjelasan kepada para wartawan setelah mobil-mobil VW yang baru tiba di Tanjung Priok diturunkan dari Kapal MV. Düsseldorf.Foto: Para staf PT. PIOLA sedang memberi penjelasan kepada para wartawan setelah mobil-mobil VW yang baru tiba di Tanjung Priok diturunkan dari Kapal MV. Düsseldorf.

Tepat sebulan kemudian, J.K. Panggabean mengundang sejumlah perwakilan wartawan untuk melakukan uji coba mobil-mobil VW baru tersebut. Untuk kegiatan yang diberi nama Press Run Jakarta-Bandung ini, PT. PIOLA menyediakan sejumlah 40 mobil VW (mulai dari Karmann Ghia, Beetle, dan Microbus), menempuh rute sejauh 502 km dari Jakarta ke Tangkuban Perahu, Maribaya dan Bandung, dan kemudian kembali lagi ke Jakarta. Start dilakukan dari gedung Jakarta Press Club, yang terletak disamping Hotel Indonesia.

Foto: Para wartawan peserta Press Run Jakarta-Bandung ketika beristirahat sejenak di samping kawah Tangkuban Perahu.Foto: Para wartawan peserta Press Run Jakarta-Bandung ketika beristirahat sejenak di samping kawah Tangkuban Perahu.

Jaringan dealer PT. PIOLA tersebar di 7 kota besar Indonesia, yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang dan Makasar.

Foto: Departemen Periklanan PT. PIOLA membuat display yang sangat menarik untuk mempromosikan kendaraan komersial VW.Foto: Departemen Periklanan PT. PIOLA membuat display yang sangat menarik untuk mempromosikan kendaraan komersial VW.

Nama PIOLA semakin populer di tahun 1960-an karena aktif menjadi promotor berbagai kegiatan otomotif yang di selenggarakan IPMJ (Ikatan Penggemar Motor Jakarta) dan IMI (Ikatan Motor Indonesia).

Foto: Konvoi Beetle di Salemba, Jakarta pada 1960-an.Foto: Konvoi Beetle di Salemba, Jakarta pada 1960-an.

Khusus untuk Karmann Ghia, harganya pada waktu itu lebih mahal dari Beetle dan bisa dikategorikan mobil sport. Untuk mempromosikan mobil ini, digunakan dalam setiap kegiatan otomotif yang disponsori PT. PIOLA.

Foto: Karmann Ghia dalam kegiatan reli yang diselenggarakan oleh IPMJ (Ikatan Penggemar Motor Jakarta) dan IMI (Ikatan Motor Indonesia), yang disponsori oleh PT. PIOLA.

Seiring berkembangnya pemasaran VW di Indonesia, kantor PT. PIOLA kemudian dipindahkan dari Jl. Hayam Wuruk No. 122 ke Gedung PIOLA di Jl. Kramat Raya No.7-9 Jakarta Pusat.

Pada 26 Oktober 1961, PT. PIOLA menggelar konferensi pers di Gedung PIOLA untuk memperkenalkan model-model VW terbaru, Tipe 3 Notchback dan Squareback, serta Tipe 34 Karmann Ghia Coupe.

Foto: Karmann Ghia dalam kegiatan reli yang diselenggarakan oleh IPMJ (Ikatan Penggemar Motor Jakarta) dan IMI (Ikatan Motor Indonesia), yang disponsori oleh PT. PIOLA.

Pada 1962, PT. PIOLA kembali menyerahkan sebuah Karmann Ghia Cabriolet kepada Presiden Soekarno dan sebuah Beetle Sedan kepada Menteri Perindustrian Chaerul Saleh. VW Ambulance juga diserahkan kepada Kantor Pemerintah Kota Jakarta.

Foto: Konferensi pers PT. PIOLA di Gedung PIOLA pada 26 Oktober 1961.Foto: Konferensi pers PT. PIOLA di Gedung PIOLA pada 26 Oktober 1961.

Foto: Presiden Direktur PT. PIOLA Dr. J.K. Panggabean bersama istri dan putra bungsu yang juga salah satu Direktur, Piola Panggabean ketika menyerahkan brand new Karmann Ghia Cabriolet kepada Presiden Soekarno di Istana Negara pada 1962.
Foto: Presiden Direktur PT. PIOLA Dr. J.K. Panggabean bersama istri dan putra bungsu yang juga salah satu Direktur, Piola Panggabean ketika menyerahkan brand new Karmann Ghia Cabriolet kepada Presiden Soekarno di Istana Negara pada 1962.

Foto: PT. PIOLA ketika menyerahkan Karmann Ghia kepada Ibu Fatmawati Soekarno, di rumah Jl. Sriwijaya No. 7, Kebayoran Baru, Jakarta.Foto: PT. PIOLA ketika menyerahkan Karmann Ghia kepada Ibu Fatmawati Soekarno, di rumah Jl. Sriwijaya No. 7, Kebayoran Baru, Jakarta.

Saat Guntur Soekarnoputra, putra dari Presiden Soekarno, duduk di kelas 2 SMA, ia mendapat mobil VW sport Karmann Ghia warna merah dari ayahnya. Lama kelamaan Bung Karno mendapat kabar, kalau Guntur senang ngebut dengan mobilnya. Sekali waktu, sekitar 1962, Bung Karno menegur Menteri Perindustrian Chaerul Saleh, karena dianggap suka bersama Guntur mengebut mobil keliling Jakarta.

“Heeeh Rul Rul! Dia ini nyetir gila-gilaan lantaran kau! Begrijp je (mengerti kau)! Dikira aku tidak tahu? … kau dan Guntur suka balap-balapan di daerah Kebayoran … tukang-tukang becak di daerah Cikini semuanya lari ketakutan diserempet, kalau melihat mobil Karmann Ghia merah kepunyaan kalian! Kau ini memang terlalu Rul! Jij (kamu) itu menteriku, jadi jangan ngros-boy!” kata Soekarno kepada Chaerul Saleh (dalam buku “Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku”, karya Guntur Soekarnoputra).

Cerita lainnya, tentang Guntur dan Karmann Ghia-nya, setiap malam menjelang libur, Jembatan Semanggi yang baru dibangun, selalu padat pengunjung. Nonton adu balap anak-anak muda gila yang keisengan balapan muter-muter Semanggi naik-turun. Kalau beruntung, bisalah nonton mobil sport mewah Karmann Ghia melakukan atraksinya. Kalau si Karmann ini turun gelanggang, biasanya yang lain pada minggir, “jiper” (takut).

Foto: Bank Keliling atau Bank Beroda sedang mengunjungi para penabung di Jakarta. Salah satu kepeloporan Bank Negara Indonesia sejak 1961 dalam rangka memperluas pangsa pasarnya di bidang retail, dengan menggunakan mobil VW.Foto: Bank Keliling atau Bank Beroda sedang mengunjungi para penabung di Jakarta. Salah satu kepeloporan Bank Negara Indonesia sejak 1961 dalam rangka memperluas pangsa pasarnya di bidang retail, dengan menggunakan mobil VW.

Pada 1963, Presiden Soekarno memberikan Karmann Ghia kepada putrinya Megawati Soekarnoputri saat berulang tahun ke-16, 23 Januari.

Foto: Dealer dan workshop PT. PIOLA di APO Kamp, Kota Baru yang di buka pada 1963, tidak lama setelah Irian Jaya (sekarang Papua) definitif kembali ke Indonesia 1 Maret 1963. Kota Baru yang sebelumnya Hollandia, kemudian berganti nama menjadi Sukarnopura pada 1964, dan Jayapura sejak 1968.Foto: Dealer dan workshop PT. PIOLA di APO Kamp, Kota Baru yang di buka pada 1963, tidak lama setelah Irian Jaya (sekarang Papua) definitif kembali ke Indonesia 1 Maret 1963. Kota Baru yang sebelumnya Hollandia, kemudian berganti nama menjadi Sukarnopura pada 1964, dan Jayapura sejak 1968.

Pada 1963 dan 1964, Tipe 3 Notchback dan Squareback diimpor dalam jumlah besar dan dipasarkan di Indonesia .

Foto: Tipe 3 Squareback dan Beetle di Plaju, Palembang, sekitar pertengahan 1960-an.Foto: Tipe 3 Squareback dan Beetle di Plaju, Palembang, sekitar pertengahan 1960-an.

Termasuk juga Tipe 34 Karmann Ghia. Model yang kurang sporty (jika dibandingkan dengan Karmann Ghia tipe sebelumnya), kabin penumpang yang hanya memuat 2 orang dewasa + 3 anak-anak dan harganya termasuk mahal membuat tipe ini kurang begitu diminati.

Foto: Tipe 34 Karmann Ghia, kabarnya hanya sekitar 30 unit yang pernah masuk ke Indonesia.Foto: Tipe 34 Karmann Ghia, kabarnya hanya sekitar 30 unit yang pernah masuk ke Indonesia.

Pada Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan hadiah Karmann Ghia berwarna putih-biru produksi 1962 kepada Mardanus, ketika itu Menteri Perindustrian Maritim Kabinet Dwikora (1964-1966) – dibuktikan dengan Surat Keterangan berkop resmi Presiden Indonesia, dan ditandatangani Soekarno, tertanggal 22 Maret 1965. Hanya saja, dalam surat tersebut, kapasitas Mardanus sebagai Presiden Direktur Carya Putra, bukan menteri. Dan, selain Karmann Ghia, Soekarno juga menghadiahkan Mardanus sebuah Opel Kapitan, B 562, produksi 1961.

Berdasarkan database LC yang masih ada, private dan goverment passenger car di Indonesia sampai tahun 1965, diperkirakan sebanyak 6.000 unit VW berbagai tipe telah diimpor dari Jerman ke Indonesia.

Foto: Beetle plat merah sedang melintasi genangan banjir di depan Gedung Sarinah, di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta pada 1960-an.Foto: Beetle plat merah sedang melintasi genangan banjir di depan Gedung Sarinah, di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta pada 1960-an.

Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, beliau sering menggunakan Beetle (yang di Indonesia lebih populer disebut Kodok). Bung Karno sering “turba” (turun ke bawah) melihat kehidupan rakyat tanpa pengawal dengan VW Kodok warna hijau kesayangannya.

Pada 12 Mei 1965, Soekarno datang berkunjung ke rumah Heldy Djafar (gadis yang pernah diajak menari Tari Lenso di Istana Negara dan ditaksir beliau) di Jl. Ciawi III No.4 Kebayoran Baru, dengan mengendarai mobil VW Kodok warna coklat gelap yang dikemudikan oleh Soeparto dan diiringi dua mobil lainnya dibelakang tanpa mobil pengawal resmi.

Setelah peristiwa 30 September 1965, hari itu, 1 Oktober 1965, sekitar pukul 08.30, sebuah mobil VW Kodok dan sebuah Jeep memasuki halaman depan Markas Koops. Letkol. Soeparto yang bertindak sebagai pengemudi mobil VW Kodok dan seorang pengawal yang duduk di sampingnya turun dengan cepat. Barulah terakhir turun dari VW Kodok, Bung Karno didampingi oleh Brigjen Soenarjo, Jaksa Agung Muda. Kehadiran Bung Karno di Markas Koops disambut oleh Men/Pangau Laksdya Udara Omar Dani dan Panglima Koops Komodor Udara Leo Wattimena serta langsung dipersilahkan masuk ke ruang kerja Panglima di markas Koops.

Pada pukul 22.50, VW Kodok yang berwarna biru laut dengan nomor polisi B 75177, yang digunakan ke Halim tersebut, kemudian digunakan untuk mengungsikan Bung Karno ke Istana Bogor. Di dalam kendaraan tersebut: Supir, Bambang Wijanarko (Ajudan Presiden), Bung Karno dan Leimina. Ketika itu, Halim dan Lubang Buaya akan digempur oleh Soeharto karena sudah diketahui ada konsentrasi kekuatan di Lubang Buaya dan Halim. Selama diisolasi di Istana Bogor, VW Kodok tersebut banyak digunakan oleh Soekarno.

Foto: Tipe 3 Notchback di Jalan M.H. Thamrin, pada Oktober 1965, yang dijaga tentara setelah peristiwa 30 September.Foto: Tipe 3 Notchback di Jalan M.H. Thamrin, pada Oktober 1965, yang dijaga tentara setelah peristiwa 30 September.

Pasca peristiwa 30 September 1965, Soekarno banyak merenung sedih. Dipihak lain, kelompok pro Soeharto menggerogoti kekuasaannya pelan-pelan. Soekarno tampak amat pasif, pidato-pidatonya lama kelamaan makin lemah. Ia pun sering duduk di Bundaran Pancoran mengawasi pembuatan patung dari pagi sampai sore. Kadang-kadang ditemani ajudannya, dengan menggunakan VW Kodok, ia berputar-putar Jakarta sebelum akhirnya duduk di Proyek Patung Pancoran.

Foto: Beetle Cabriolet dalam aksi demonstrasi mahasiswa yang meletus di Jakarta pada 10 Januari 1966, sebagai reaksi terhadap kenaikan harga-harga. Demonstrasi ini melahirkan Tri Tuntutan Rakyat yang kemudian dikenal sebagai Tritura (Bubarkan PKI, Retool Kabinet 100 Menteri/Dwikora, dan Turunkan Harga).Foto: Beetle Cabriolet dalam aksi demonstrasi mahasiswa yang meletus di Jakarta pada 10 Januari 1966, sebagai reaksi terhadap kenaikan harga-harga. Demonstrasi ini melahirkan Tri Tuntutan Rakyat yang kemudian dikenal sebagai Tritura (Bubarkan PKI, Retool Kabinet 100 Menteri/Dwikora, dan Turunkan Harga).

Ketika harus meninggalkan Istana Negara pada 16 Agustus 1967, Bung Karno menumpang mobil VW Kodok (buatan 1964) warna putih satu-satunya mobil yang ia punyai hadiah dari PT. PIOLA dan meminta supir mengantarkan ke rumah Ibu Fatmawati di Jl. Sriwijaya No. 7. Disaat sebelum Bung Karno menjadi tahanan rumah di Bogor dan kemudian di Wisma Yasso, selama tinggal di Jl. Sriwijaya, VW Kodok warna putih tersebut selalu digunakan beliau ditemani supir dan ajudannya Nitri.

Kembali ke tahun 1966, dalam kondisi politik dan ekonomi yang masih bergejolak dan maraknya unjuk rasa di dalam negeri, PT. PIOLA tetap mengimpor dalam jumlah terbatas model-model VW terbaru seperti Tipe 3 Fastback dan Combi dengan sliding door.

Antara 1967 dan 1968, model-model terbaru VW seperti Beetle 1300/1500 dan Combi generasi kedua (T2) diimpor ke Indonesia. Sempat juga diimpor 3 Dune Buggy model Imp 1968 buatan EMPI Amerika Serikat, pesanan pengusaha asing (ekpatriat) di Jakarta.

Sejumlah Tipe 3 Fastback, Beetle 1300 dan Tipe 2 terbaru digunakan untuk mobil dinas dan ambulance di jajaran TNI – AL dan TNI-AU.

Usulan dari Piola Panggabean yang pernah diajukan pada 1967, tentang nama warna VW yang baru, diterima oleh Volkswagen AG pada 1968. Warna hijau tua VW terbaru dinamakan “Sumatra Green” dan diberi kode L 61B. Volkswagen AG sebelumnya juga telah menggunakan nama “Java Green” dan diberi kode L518 untuk warna hijau tua terbaru di tahun 1962, karena kekagumannya akan keindahan alam Indonesia yang hijau, khususnya Pulau Jawa.

Pada 1969, VW 411 sedan (4-pintu) mulai dipasarkan di Indonesia. Sejumlah 25 unit VW 411 kemudian dijadikan mobil dinas perwira tinggi TNI-AD di HANKAM dan KOSTRAD.

CEO Volkswagen AG yang baru, Dr. Kurt Lotz, berkunjung ke Indonesia. Dr. Kurt Lotz yang sebelumnya adalah Deputy Chairman of the Board of Management, menggantikan Prof. Dr. Heinrich (Heinz) Nordhoff (yang meninggal dunia bulan April 1968 karena serangan jantung). Dr. Heinz Nordhoff adalah CEO pertama Volkswagen AG yang memimpin sejak 1948. Kunjungan Dr. Kurts Lotz ini terkait dengan rencana investasi Volkswagen AG di Indonesia.

Foto: Presiden Direktur PT. PIOLA, Dr. J.K. Panggabean menyambut kedatangan CEO Volkswagen AG, Dr. Kurt Lotz dari Jerman Barat.Foto: Presiden Direktur PT. PIOLA, Dr. J.K. Panggabean menyambut kedatangan CEO Volkswagen AG, Dr. Kurt Lotz dari Jerman Barat.

Foto: CEO Volkswagen AG, Dr. Kurt Lotz sedang duduk di kursi belakang, mencoba kenyamanan VW 411. Mobil model terbaru dari VW yang didesain untuk pemilik yang menggunakan sopir.Foto: CEO Volkswagen AG, Dr. Kurt Lotz sedang duduk di kursi belakang, mencoba kenyamanan VW 411. Mobil model terbaru dari VW yang didesain untuk pemilik yang menggunakan sopir (©Reza J.F. Warouw)

 

 Lanjut ke :


>> Sejarah Panjang Mobil Volkswagen Di Indonesia (Part II, Era Orde Baru)

>> Sejarah Panjang Mobil Volkswagen Di Indonesia (Part III, Era Reformasi

8 thoughts on “Sejarah Panjang Mobil Volkswagen Di Indonesia (Part I, Era Orde Lama )

  1. Jaman awal 80 an pernah punya kenangan dgn combi putih & vw safari ivory white canvas top.
    Ortu sbg pedagang batik,sebulan sekali harus Jkt-Solo,kadang kala Jkt-Bandung.Buat angkut dagangan & piknik,combi andalannya.
    Buat kondangan,pakai safari 🙂

    Tp krn alasan nilai ekonomis & mesin yg mulai gampang panas kalau jarak jauh,terpaksa digantikan sang raja..mitsu colt T120 yg booming saat itu ( padahal lebih nyaman combi )

    Jadi,mas Awansan silahkan tebak usia saya 😀

    Like

    1. Aduhh ada juragan batik 🙏🙏😅,
      makasih om atas review singkatnya ttg combi

      Kalau review colt t nya gimana om?

      Btw memang tepat kalau mitsu raja di tahun itu, mengingat penjulan mitsu di tahun 1980an memang nomer satu di angka 25rb an unit per tahun

      Tebak tebakan nih minimal udah kepala 5 😅

      Liked by 1 person

      1. Wah saya masih bocah waktu itu.
        Tdk bisa review apa² 🙂
        Tp rasanyacolt t120 lebih kencang lari nya,buat tanjakan juga lebih kuat..tp memang tdk senyaman combi.
        Combi lebih anteng & empuk per nya 🙂

        Liked by 1 person

Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.