awansan.com – Sobat bismania, trip report ini merupakan lanjutan dari trip meteran awansan kemarin (Jogja – Solo), ketertarikan awansan pada po ini sebetulnya sudah terpendam sejak lama, karena awansan sering berpapasan dengan po ini ketika sedang mosak masik di Jalur Wonosobo – Temanggung, padahal biasanya bus besar di daerah ini lelet semua, dalam hati sudah berniat suatu hari harus cobain po ini, dan alhamdulillah kini kesempatan tersebut datang juga.
awansan.com – Bicara Bus Mitsubishi, Mungkin pembicaraan kita tidak akan jauh jauh dari big bus Mitsubishi BM, Mitsubishi RM dan medium bus Mitsubishi Colt Diesel yang memang sangat populer di Indonesia sejak tahun 1980an hingga sekarang
Tapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa sebetulnya Bus Mitsubishi sudah masuk Indonesia sejak tahun 70an jauh sebelum Mitsubishi BM dan Colt Diesel Muncul, apalagi didukung kebijakan pemerintah orde baru yang saat itu membuka keran lebar – lebar untuk produk otomotif Jepang.
awansan.com – Berbeda dengan pemerintah orde lama yang banyak mendatangkan bus secara CBU, pemerintahan Orde Baru mulai mendorong dilakukannya perakitan mobil di dalam negeri, langkah tersebut dicanangkan lewat pelarangan impor mobil dalam keadaan utuh alias completely built-up (CBU) .
Adanya pelarangan kendaraan CBU membuat ketersediaan bus di Indonesia semakin berkurang karena sudah banyak bus yang sudah harus pensiun dan memerlukan peremajaan baru, maka untuk mensiasati hal ini pada era 70an kemudian banyak chasis truk yang kemudian diubah menjadi bus, selain harganya yang lebih murah, Chasis khusus bus pada era tersebut memang masih sulit didapat, beberapa chasis truk yang jamak untuk dikonversi menjadi bus adalah Ford D series, Mitsubishi Fuso T653 dan Mercedes benz LP911.
Namun sejarah ternyata membuktikan Mercy jika LP911 lah yang paling populer dan mendominasi jalanan era itu, banyak perusahaan otobus besar maupun kecil mengandalkan chasis ini untuk memperkuat armadanya.
Hal ini tak lepas dari berdirinya PT. German Motor Manufacturing sebagai pabrik dan perakitan produk Daimler-Benz di Indonesia, sehingga ketersediaan chasis ini relatif melimpah.
Chasis Mercedes Benz LP911 dianggap lebih pas dikonversi menjadi bus karena konstruksi kabinnya COE (Cab Over Engine), sehingga space chasis bisa dimaksimalkan menjadi bus karena tidak adanya bonet depan, chasis truk ini juga cukup panjang sehingga bisa memuat lebih banyak penumpang jika dikonversi menjadi bus, Bus yang menggunakan Chasis LP911 mudah dikenali dari wipernya yang berjumlah 3 buah khas bawaan LP911
Untuk sektor mesin, Mercedes Benz LP911 menggunakan mesin diesel legendaris seri OM352 , mesin diesel legendaris dari mercy ini mempunyai konfigurasi 6 silinder iniline dan mampu memuntahkan tenaga hingga 130 hp dan torsi 367 nm, mesin ini banyak disukai karena karakteristiknya bandel, irit bbm, mudah dirawat dan suaranya pun halus.
Chasis LP 911 jamak digunakan sebagai bus antar kota, baik itu untuk rute AKDP maupun AKAP, bahkan ada beberapa po yang menggunakan bus ini untuk rute antar pulau, seperti Po ANS yang menggunakan LP 911 untuk rute Padang – Jakarta. Bersama dengan Fuso T653 chasis LP 911 inilah yang kemudian meruntuhkan dominasi bus bensin normal cab (ber bonet) asal Amerika seperti Dodge dan Chevrolet yang tadinya mendominasi jalanan Indonesia.
Mercy LP911 banyak dipakai di era 70 – 80an hingga akhirnya muncul Mercedes- Benz OF 1113 dan Mercedez -Benz OH1113 yang kemudian secara perlahan menggeser dominasinya.
awansan.com – Semenjak dari pabrikan sebetulnya Honda Blade sudah dikaruniai dengan busa jok yang cukup tebal, bahkan jika dibanding bebek lain keluaran Honda, Busa Jok Blade 125 bisa dikatakan adalah yang paling tebal.
Tapi meskipun busanya sudah tebal, Jok Honda Blade masih dirasa kurang nyaman bagi awansan , hal ini diamini juga oleh istri sebagai boncenger setia, mekipun tebal busa joknya terasa agak keras tidak empuk seperti megapro, hal ini semakin menyiksa ketika ditambah shock belakang blade yang keras minta ampun, hasilnya bokong jadi cepat panas dan pinggang juga cepat pegal ketika digunakan untuk perjalanan jauh.
awansan.com – Dear pembaca semua, jika kemarin publik Jogja – Jawa Tengah sudah dikejutkan dengan meluncurnya KA Joglosemarkerto, kini giliran publik Jawa Barat yang mendapat kejutan ketika PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi II Bandung, membuka trayek kereta baru Bandung-Tasikmalaya dan sebaliknya mulai Rabu (26/12/2018) kemarin.
Adapun kereta yang akan melayani trayek baru ini diberi nama KA Galunggung, dari nama gunung berapi di Kabupaten Tasikmalaya.
KA Galunggung mulai 26 Desember 2018 akan berangkat setiap hari dari Stasiun Kiaracondong pada pukul 06.05 WIB dan tiba di Tasikmalaya pukul 09.25 WIB.
Sementara, untuk pemberangkatan KA Galunggung dari Tasikmalaya ke Bandung pada pukul 10.35 dan tiba kembali di Bandung pada pukul 14.11 dengan berhenti di delapan stasiun untuk turun naik penumpang dari arah Bandung dan 7 stasiun dari arah Tasikmalaya.
Adapun delapan stasiun yang akan jadi pemberhentian KA Galunggung saat melintas dari Bandung ke Tasikmalaya di antaranya adalah stasiun Cimekar, Rancaekek, Cicalengka, Nagreg, Leles, Cibatu, Cipeundeuy, Ciawi.
Sementara, dari arah Tasikmalaya ke Bandung stasiun yang akan dijadikan turun naik penumpang di antaranya adalah stasiun Rajapolah, Ciawi, Cipeundeuy, Cibatu, Leles, Cicalengka dan Rancaekek.
Selama masa uji coba trayek baru ini, KA Galunggung masih memberlakukan tiket gratis untuk penumpang, mulai 26 Desember 2016 hingga 25 Januari 2016.