
awansan.com – Proyek Transjakarta bisa dibilang menjadi pintu masuk bagi pabrikan kendaraan komersial asal Korea Selatan , utamanya tahun 2006 ketika ada proyek Bus Transjakarta yang menggunakan bahan bakar gas , Selain bus Hyundai Aerospace, masuk juga brand Daewoo yang kemudian dipakai oleh berbagai operator Transjakarta seperti Damri, Trans Batavia, Jakarta Trans Metropolitan, dan Mayasari Bhakti
Entah bagaimana sistem pengadaannya pada saat itu, akhirnya Daewoo terpilih menjadi chasis yang digunakan oleh proyek bus CNG Transjakarta, mengalahkan kandidat lain dari brand Jepang dan Eropa yang sudah lebih dulu mapan di Indonesia.

Untuk tipe chasisnya sendiri, yang masuk Indonesia adalah Daewo BH115E yang kemudian dikaroseri menggunakan body New Armada, Restu Ibu, Mayasari Utama dan Laksana , secara dimensi masih sama dengan big bus dari brand lain di kisaran 12 M, pun dengan chasisnya masih menggunakan model ladder frame, belum space frame seperti rekan senegaranya Hyundai Aeroclass.
Untuk urusan dapur pacu, Daewoo BH115E menggunakan mesin GE12TI CNG yang dipasok oleh produsen mesin diesel korea “Dosan Infracore”, mesin ini mempunya konfigurasi 6 silinder inline dengan kapasitas 11.051 cc , dengan sokongan turbo intercooler , tenaga maksimal dari Doosan GE12TI adalah 290 ps dan torsi maksimal 1150 nm, tenaga dari mesin kemudian dialurkan ke roda via transmisi automatic Allison T350R/Voith Diwa.

Selain versi CNG ternyata ikut masuk juga 2 unit Daewoo BH115E versi diesel yang kemudian digunakan oleh DAMRI untuk bus bandara, untuk versi diesel ini menggunakan mesin DE12TI yang sama sama dipasok oleh pabrikan Doosan Infracore, hanya saja pada varian diesel output tenaga mesinnya lebih besar mencapai 310 ps sedangkan torsinya 1250 nm.
Baik versi CNG maupun diesel semuanya masih menggunakan leaf spring suspension untuk semua roda, sedangkan remnya sudah mengaplikasikan full air brake.
Namun sayang seribu sayang, sama seperti Hyundai, Daewoo tidak bisa bertahan lama di Indonesia, karena setelah putus kontrak dengan Transjakarta, banyak Bus Daewoo milik operator yang akhirnya mangkrak atau di scrapp, begitu juga dengan Daewoo milik Damri yang akhirnya juga berhenti beroperasi karena kelangkaan suku cadang.